Langsung ke konten utama

Trilogi PMII

Arti Penting Pengimplementasian Trilogi PMII Kepada Seluruh Kader PMII.
Oleh : Muhammad Hanif Zein Arrosin.



Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) adalah suatu organisasi mahasiswa yang bergerak memperjuangkan nilai-nilai beragama dan bernegara yang termanifestasi dalam sebuah ideologi yang menjadi dasar gerakan, atau bisa disebut sebagai Nilai Dasar Pergerakan (NDP). Ini merupakan ciri khas dari PMII. Juga merupakan identitas pembeda antara PMII dengan organisasi mahasiswa lainnya.

Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) dengan nilai-nilai yang diperjuangkannya yang berbeda dengan organisasi mahasiswa lainnya pasti memiliki pola gerak yang berbeda juga. PMII dalam menjalankan perannya sebagai organisasi pergerakan mempunyai pola gerak yang termaktub dalam Trilogi PMII. Trilogi PMII merujuk pada nilai-nilai yang diperjuangkan PMII, yakni nilai-nilai bernegara dan nilai beragama. Trilogi PMII adalah Tri Motto, Tri Komitmen, dan Tri Khidmat.

Tri Motto mencakup tiga aspek, yakni Dzikir, Fikir, dan Amal Sholeh. Ketiga hal tersebut wajib tertanam pada diri setiap kader PMII guna sebagai arah melangkah dalam menjani kehidupan didunia sebagai khalifah fil ard. Selalu mengingat akan keberadaan sang Kholiq pemberi petunjuk. Kemudian menafsirkan setiap petunjuk tersirat dari-Nya. Dan mengimplementasikan dalam wujud amal sholeh. Inilah bentuk penerapan dari Tri Motto yang penting untuk difahami.

Tri Komitmen yakni berupa Kejujuran, Kebenaran, dan Keadilan. Kader PMII yang juga merupakan seorang Organisator berkewajiban mengimplementasikan Tri Komitmen. Jujur sebagai bentuk tanggungjawab kepada Allah SWT. Kebenaran dalam berucap dan bertidak. Serta adil dalam memihak, agar kedamaian dapat terjaga. Ketiga hal tersebut merupakan sutau bentuk pertanggungjawaban terhadap dimensi yang berbeda-beda. Habblum minnallah, Habblum minnan nass, dan Habblum minal alam.

Tri Khidmat tersusun dari tiga kata, Taqwa, Intelektual, dan Profesional. Yang merupakan kapasitas diri yang wajib dimiliki oleh setiap kader PMII. Dengan kapasitas diri seperti itu, para kader PMII diharapkan faham siapa, apa, dan bagaimana diri mereka dengan melihat kondisi yang ada. Dalam menjalankan tugas dan menjaga fungsi, sublimasi Tri Khidmat pada tataran batin menjadi penting. Taqwa akan membawa pada pemahaman melaksanakan perintah Allah SWT, yang kemudian didukung oleh kadar intelektual yang cukup sehingga tumbuh kesadaran dalam menjalankan perintah Allah SWT. Sehingga nampaklah sifat profesionalisme. Hal seperti inilah yang harus terjadi pada diri setiap kader PMII ketika telah menjalankan amanat disetiap struktur keorganisasian, baik dalam struktur keorganisasian PMII maupun organisasi-organisasi lain.

Trilogi PMII harus tertanam didalam diri setiap kader PMII. Keberhasilan dalam pengimplementasian Trilogi PMII dapat dilihat dari pola fikir kader, ucapan, serta perbutan/tindakan dari setiap kader PMII. Ketika tiga indikator tersebut tidak menunjukkan pertentangan terhadap nilai-nilai beragama dan bernegara, maka pastilah Trilogi PMII sudah tertanam didalam diri setiap kader.

Pengimplementasian ini akan berdampak pada proses pencapaian tujuan PMII. Sejauh mana Trilogi ini dapat diimplementasikan oleh kader PMII, maka sejauh itu pula capaian yang telah diperoleh oleh PMII. Karena perlu diakui, bahwa organisasi adalah sebuah wadah, sedangkan para anggotanya adalah pengisi wadah tersebut. Jika wadah tersebut hanya terisi oleh “kuantitas” tanpa “kualitas”, maka pengibaratannya seperti “Cawan emas penuh air tawar”. Berbeda jika wadah tersebut terisi oleh “kualitas”, walaupun secara kuantitas lemah, maka dapat diibaratkan seperti “Cawan bambu, berisi susu”.

Melihat begitu dalamnya makna dibalik isi Trilogi, serta pentingnya pengimplementasiannya terhadap suksesi tujuan PMII, maka segala bentuk tantangan pada zaman ini tidak boleh dijadikan sebagai alasan untuk tidak memaksimalkan penanaman pemahaman Trilogi kepada setiap kader. Penggeseran paradigma, penumpulan daya kritis, merupakan tantangan nyata yang terjadi saat ini.  Pada kondisi seperti inilah sebenarnya para kader yang sudah faham terhadap Trilogi PMII dapat melakukan dua tindakan sekaligus, yakni mencoba mengimplementasikan Trilogi PMII tersebut, serta menjalankan kewajibannya untuk menyadarkan kader lain yang terlanjur “melupakan” Trilogi PMII agar kembali pada koridor gerak PMII sehingga tidak mudah terbawa oleh arus kekacauan moral dan akal.

Komentar

  1. terima kasih , sangat membantu sekali

    BalasHapus
  2. Terimakasih ulasannya 😊

    BalasHapus
  3. Waw terimakasih menarik sekalii

    BalasHapus
  4. Thank u Sahabat 🖤🖤🖤

    BalasHapus
  5. Terimakasih sahabat sangat membantu

    BalasHapus
  6. Terimakasih sahabat, sangat bermanfaat bagi kami yang belum faham banuak apa itu omii dan isi dalam pmii

    BalasHapus
  7. Benar sekal pada paragraf terakhir sendiri, itu memang benar adanya, bahwasanya kader sekarang jika membicarakan kuantitas itu memang sungguh suatu keberkahan di PMII namun jika membicarakan bagaimana peran dan subtansi dari PMII, saya sendiri masih belum sepenuhnya sadar jadi dari sekarang yang harus benar-benar ditekankan adalah penyadaran kembali kepada para anggota, kader dan diri sendiri khususnya, supaya yang tadinya diajak, mengajak atau membentuk Anggota yang mu'taqid hingga tumbuh dan berkembang menjadikan karakter kader yang kritis, cerdas dan humanis serta benar-benar siap diberi tanggung jawab sebagai kader mujahid. (Sungguh berat min tanggung jawab ini tapi ini sudah menjadi sumpah kita saat dibaiat "pantang berputus asa, pantang menyerah, dan pantang meninggalkan PMII dalam situasi dan kondisi apapun, mundur satu langkah adalah suatu bentuk penghianatan." tangan terkepal dan maju kemuka, salam pergerakan.)
    Salam dari kader Metro, Lampung:)
    Tetap semangattt sahabat dimanapun kalian berada

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jangan Sampai Berubah Menjadi Musibah.

Jangan Sampai Berubah Menjadi Musibah. Oleh : Hanif Zein Wabah Covid-19 yang mengguncang dunia juga ikut dirasakan oleh masyarakat Ponorogo. Sampai saat ini (14 April 2020) tercatat ada 6 pasien positif Corona dan 18 pasien dalam   pemantauan. Hal ini membuat Pemerintah Kabupaten Ponorogo semakin memperketat langkah preventif pencegahan juga penanganan terhadap pasien positif maupun pasien dalam  pemantauan. Salah satunya yakni melakukan penyemprotan desinfektan di desa-desa, yang  mana langkah ini diharapkan untuk memutus mata rantai persebaran virus Corona.   Pemerintah Kabupaten Ponorogo juga menerbitkan Protokol Isolasi mandiri bagi masyarakatnya, sebagai langkah antisipasi penyebaran Covid-19. Untuk Orang Dalam Resiko (ODR), Orang Tanpa Gangguan (OTG), Orang Dalam Pemantauan (ODP) dan Pasien Dalam Pengawasan (PDP) gejala ringan diisolasi mandiri di rumah, ditempatkan di kamar khusus dengan ventilasi terbuka. Menjaga jarak 2 meter dengan menggunakan masker dan sela

Pengawas Ujian Butuh Bantuan

UMPo Butuh Pengawas Tambahan ( Rosin ) Selasa, 14 mei 2019. Prodi Ilmu Pemerintahan Universitas Muhammadiyah Ponorogo melaksanakan kegiatan Ujian Tengah Semester. Dimulai pukul 08:00 hingga pukul 11:00. Diikuti kurang lebih sekitar 104 mahasiswa, mulai dari semester 2 hingga semester 6.  Pada hari pertama ini, terlihat ada 2 ruangan yang kurang kondusif, yaitu ruang B102 dan B103. Ruangan tersebut diisi oleh mahasiswa semester 2 yang sedang mengikuti UTS mata kuliah Filsafat Logika dan Etika Pemerintahan. Kedua ruangan tersebut ternyata hanya dijaga oleh satu pengawas, yang mengakibatkan peserta UTS menjadi leluasa untuk bertindak curang. Pengawas yang berada di ruangan B102 juga merangkap sebagai pengawas di ruangan B103. Ketika pengawas berada di ruang B103, maka ruang B102 tidak ada pengawas, sehingga keadaan ini dimanfaatkan oleh peserta UTS untuk bertindak curang. Pada jam pertama, terhitung sebanyak 3 kali pengawas meninggalkan ruangan B102, dan kembali lagi setelah