Langsung ke konten utama

Aksi Solidaritas Aliansi Ormawa UMPO Dalam Rangka Memperingati Hari Buruh dan Hardiknas


Aksi Solidaritas Aliansi Ormawa UMPO
Dalam Rangka Memperingati Hari Buruh dan Hardiknas

            Pada hari Kamis 2 Mei 2019, Aliansi Ormawa Universitas Muhammadiyah Ponorogo melakukan aksi damai dalam rangka memperingati Hari Buruh dan Hari Pendidikan Nasional. Aksi ini diberi nama Aksi Solidaritas Aliansi Ormawa UMPO. Aksi yang dihadiri lebih dari 200 mahasiswa ini dilaksanakan di halaman kampus Universitas Muhammadiyah Poronorogo. Dimulai pada pukul 20:00 dengan acara pembuka berupa orasi dan pembacaan puisi-puisi. Kemudian dilanjutkan dengan penandatangan petisi.
            Kegiatan yang gagas oleh Aliansi Ormawa Umpo ini dimaksudkan untuk mempertajam kepekaan mahasiswa terhadap kondisi buruh dan lembaga pendidikan saat ini. Juga untuk menunjukkan bahwa ormawa Universitas Muhammadiyah Ponorogo selama ini memperhatikan bagaimana kondisi kaum buruh dan keadaan lembaga pendidikan di Indonesia. “Dengan diadakannya Aksi Solidaritas ini, diharapkan mahasiswa dapat ikut andil dalam memperjuangkan hak-hak buruh...” kata Iwan Nurudin, Presiden Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Ponorogo.
            Apresiasi penuh datang dari jajaran Rektorat Universitas Muhammadiyah Ponorogo, salah satunya yakni Dr. H. Sulton, M.Si. selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Ponorogo. “Ya.. Beberapa hari sebelumnya kami sudah ngobrol dengan pihak rektorat terkait pelaksanaan aksi damai didalam kampus, dan alhamdulillah pak rektor menyetujui. Malah memberi dukungan.” Ungkap Iwan Nurudin.
            Acara ini ditutup dengan penandatanganan petisi dan pernyataan sikap. Isi petisi tersebut yakni    :
1.          Kondisi buruh dan pendidik menorehkan luka dalam bagi kita, semua rakyat Indonesia. Bangsa kita dipaksa menghadapi penindasan, diskriminasi, dan ketidakadilan demi kepentingan ambisi politik elit sesaat. Fonomena tersebut seolah menyiratkan adanya lepas tangan pemerintah.
2.      Beberapa daerah masih kekurangan guru, dengan rasio guru-murid masih dibawah standar yang ditetapkan. Solusi daruratnya sistem kontrak berjangka; yang masih juga ditentang oleh para buruh dalam dunia industri. Pedihnya, ini sudah berlangsung bertahun-tahun.
3.      Peringatan hari Buruh dan Hardiknas adalah momen menjahit dan merawat kembali hakikat mahasiswa dengan idealismenya.
Untuk itulah, kami yang tergabung dalam Aliansi Organisasi Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Ponorogo dengan momentum Hari Buruh dan Hardiknas ini kami menyuarakan aspirasi dan pernyataan sikap untuk :
1.      Mencabut Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2015 tentang Pengupahan Pekerja.
2.      Mendesak pemerintah untuk menyelenggarakan pendidikan gratis dan bermutu.
3.   Mendesak pemerintah untuk segera merealisasikan anggaran pendidikan minimal 20% sebagaimana diamanatkan dalam UUD 1945.
4.  Mendesak pemerintah memfasilitasi tenaga-tenaga kependidikan dalam upaya peningkatan kompetensi profesionalismenya.\
5.  Mendorong negara menyediakan kredit untuk pembangunan kredit untuk pembangunan unit usaha kerakyatan seperti koperasi-koperasi, home industri, dan usaha kecil menengah, terutama korban PHK. Dana dapat diserahkan kepada setiap serikat buruh / serikat pekerja, dan dikontrol dan diaudit oleh publik.
6.      Mendesak pemerintah untuk mencabut sistem kerja kontrak (out sourcing).

Petisi tersebut kemudian ditanda tangani oleh seluruh peserta, termasuk Ketua Dewan Perwakilan Mahasiswa dan seluruh ketua Ormawa. Petisi dan pernyataan sikap ini nantinya akan diteruskan kepada instansi-instansi terkait, seperti Dinas Pendidikan dan Dinas Ketenagakerjaan. “Tindak lanjutnya kami akan meneruskan Petisi ini dan menyampaikan pernyataan sikap ini kepada Dinas Pendidikan dan Dinas Ketenagakerjaan. Kami juga sudah menggandeng beberapa media massa” terang Presiden Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Ponorogo.

 Penulis : M Hanif Zein Arrosin

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Trilogi PMII

Arti Penting Pengimplementasian Trilogi PMII Kepada Seluruh Kader PMII. Oleh : Muhammad Hanif Zein Arrosin. Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) adalah suatu organisasi mahasiswa yang bergerak memperjuangkan nilai-nilai beragama dan bernegara yang termanifestasi dalam sebuah ideologi yang menjadi dasar gerakan, atau bisa disebut sebagai Nilai Dasar Pergerakan (NDP). Ini merupakan ciri khas dari PMII. Juga merupakan identitas pembeda antara PMII dengan organisasi mahasiswa lainnya. Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) dengan nilai-nilai yang diperjuangkannya yang berbeda dengan organisasi mahasiswa lainnya pasti memiliki pola gerak yang berbeda juga. PMII dalam menjalankan perannya sebagai organisasi pergerakan mempunyai pola gerak yang termaktub dalam Trilogi PMII. Trilogi PMII merujuk pada nilai-nilai yang diperjuangkan PMII, yakni nilai-nilai bernegara dan nilai beragama. Trilogi PMII adalah Tri Motto, Tri Komitmen, dan Tri Khidmat. Tri Motto mencakup

Jangan Sampai Berubah Menjadi Musibah.

Jangan Sampai Berubah Menjadi Musibah. Oleh : Hanif Zein Wabah Covid-19 yang mengguncang dunia juga ikut dirasakan oleh masyarakat Ponorogo. Sampai saat ini (14 April 2020) tercatat ada 6 pasien positif Corona dan 18 pasien dalam   pemantauan. Hal ini membuat Pemerintah Kabupaten Ponorogo semakin memperketat langkah preventif pencegahan juga penanganan terhadap pasien positif maupun pasien dalam  pemantauan. Salah satunya yakni melakukan penyemprotan desinfektan di desa-desa, yang  mana langkah ini diharapkan untuk memutus mata rantai persebaran virus Corona.   Pemerintah Kabupaten Ponorogo juga menerbitkan Protokol Isolasi mandiri bagi masyarakatnya, sebagai langkah antisipasi penyebaran Covid-19. Untuk Orang Dalam Resiko (ODR), Orang Tanpa Gangguan (OTG), Orang Dalam Pemantauan (ODP) dan Pasien Dalam Pengawasan (PDP) gejala ringan diisolasi mandiri di rumah, ditempatkan di kamar khusus dengan ventilasi terbuka. Menjaga jarak 2 meter dengan menggunakan masker dan sela

Pengawas Ujian Butuh Bantuan

UMPo Butuh Pengawas Tambahan ( Rosin ) Selasa, 14 mei 2019. Prodi Ilmu Pemerintahan Universitas Muhammadiyah Ponorogo melaksanakan kegiatan Ujian Tengah Semester. Dimulai pukul 08:00 hingga pukul 11:00. Diikuti kurang lebih sekitar 104 mahasiswa, mulai dari semester 2 hingga semester 6.  Pada hari pertama ini, terlihat ada 2 ruangan yang kurang kondusif, yaitu ruang B102 dan B103. Ruangan tersebut diisi oleh mahasiswa semester 2 yang sedang mengikuti UTS mata kuliah Filsafat Logika dan Etika Pemerintahan. Kedua ruangan tersebut ternyata hanya dijaga oleh satu pengawas, yang mengakibatkan peserta UTS menjadi leluasa untuk bertindak curang. Pengawas yang berada di ruangan B102 juga merangkap sebagai pengawas di ruangan B103. Ketika pengawas berada di ruang B103, maka ruang B102 tidak ada pengawas, sehingga keadaan ini dimanfaatkan oleh peserta UTS untuk bertindak curang. Pada jam pertama, terhitung sebanyak 3 kali pengawas meninggalkan ruangan B102, dan kembali lagi setelah